Selasa, 24 Desember 2013

Oke, Start From Now (I AM FREE)

Oke...Mulai saat ini, aku telah membebaskan perasaanku. Mungkin ini lah jawaban dari do'a-do'aku. Dia mengarahkan kita kesini. Kamu tiba-tiba menghubungi aku dan memberikan sebuah titik yang jelas tentang hal yang samar bagiku sepuluh bulan terakhir. Oke....Sekarang, hari ini, malam ini aku tahu bahwa selama ini aku terlalu jauh berpikir. Terlalu dalam berharap. Ya, Alhamdulillah...aku senang mengetahui ini hari ini. Tuhaan.....terimakasih. Mungkin ini lah jalan yang engkau pilihkan bagiku agar aku terbebas dari kegundahanku. Menyadarkan aku bahwa aku telah salah berharap terlalu dalam. Aku akan ikhlas melepasmu. Membebaskanmu sebebas-bebasnya. Tidak akan ada lagi harapan akan janji-janji yang dulu pernah terucap akan menjadi nyata. Ya meskipun aku tidak pernah tahu rencana Tuhan sesudah ini. Namun, ini lah hatiku sekarang. Aku sudah melepasmu Mas, seperti katamu. Aku akan move on dengan tenang. Toh bukankah kamu juga merekomendasikan aku untuk itu. Aku bisa menangkap maksud dari kata-kata itu. "Kamu sudah jauh melangkah dari waktu dulu". Oke, cukup jelas dan harus aku terima. Sedikit merasa malu, namun aku bersyukur, lega rasanya. Terlebih aku, aku bisa fokus pada diriku sekarang. Benar-benar pure melihat diri sendiri, terus berkaca dan memperbaiki diri. Janji-janji itu, semuanya, aku akan melupakannya Mas. Cukup menjadi sebuah kenangan yang indah bagiku. Senang mengenalmu.... Hanya itu. Sedikit sakit rasanya, disaat orang yang aku harapkan malah meminta aku melupakannya. Kurang jelas apa semuanya. Terlalu compleks untuk ku jelaskan. Gimana perasaan ku sekarang? Aku bingung aku merasa tersakiti atau aku cukup tersadarkan. Aku hanya terpana. Menatap dan menerima kenyataan ini. Yang aku tau, hari ini, esok dan seterusnya, hari ku akan berubah dari hari-hari sebelumnya. Aku percaya itu. Bukankah kita sudah sama-sama lepas. Ya, aku lepas darimu seutuhnya sekarang.

Jumat, 06 Desember 2013

LOVE>> Sang Waktu

Waktu....
Detik...menit....jam....hari.....
Minggu.....bulan.... Tahun....
Waktu....
Titik itu semakin jauh tertinggal...
Samar....semakin samar
Bagaimana dengan sepasang gumpalan daging itu
Apakah merah meronanya masih sama?
Bagaimana dengan sebuah impian itu?
Masihkah hanya ada satu alur?
Bagaimana dengan seikat janji itu?
Apakah ikatannya masih sekuat waktu itu...
Waktu, satu titik dimasa itu
Bagaimana dengan selembar gambar itu?
Masihkah rupanya persis sama, disatu titik dimasa itu,,
Nyanyian itu,,
Masihkah satu alunan dan seirama??
Waktu....
Waktu itu,,,
Satu titik dimasa itu...
Masihkah ada hasrat untuk pulang??
Kembali pada satu titik dimasa itu?
Memutar kembali detik, menit, dan jam
Persis sama saat satu titik dimasa itu?
Tak berhenti aku bertanya tentang waktu,,
Waktu, satu titik dimasa itu
Hingga titik itu kembali terang dan jelas
Atau bahkan menghilang,
Lenyap, tak berbekas
Mengikuti tiupan masa,
Berpadu dengan titik waktu yang lain,,
Pasrah dengan kuasa Maha Waktu...
Hingga aku hanya menatap putih...
Mengisyaratkan perdamaian pada Maha Waktu
Menerima ajakan untuk berlari
Mengikuti titik-titik waktu yang lain...

LOVE>> Tanda Tanya??

Aku mulai bertanya. Berputar. Membolak-balik. Menghubungkan alasan yang mungkin bisa aku pahami. Bedialog dengan diriku sendiri. Sebenarnya aku sedang merasakan apa? Memang tidak berefek terlalu significant. Mungkin aku terkesan kurang kerjaan mencari-cari jawaban tentang ini, bukankah membiarkan ini mengalir sesuai alurnya kemudian menunggu dan menyaksikan akan seperti apa akhirnya bukan suatu hal yang salah?? Namun bukan itu. Aku butuh tau apa yang aku rasakan??
Ya, kenapa dengan aku? Perasaan seperti apa? Sudah sampai pada tahap yang seperti apakah perasaan ini. Aku, ya aku merindukannya. Tidak berubah dari waktu-waktu sebelumnya. Setiap hari aku selalu kepikiran tentang dia, ya aku rindu dia. Namun hanya itu. Aku tidak berniat dan tidak mau lagi melakukan apa-apa. Hanya yang aku tau bahwa perasaan itu, rindu itu masih sama. Namun, ada yang memblok aku untuk menghubunginya, bahkan untuk sekedar melontarkan sapaan sederhana. Larangan yang entah berasal dari mana itu sangat kuat. Aku malu jika aku harus terus-terusan menghubungi dia. Bukankah memnag tidak ada hal yang penting dan cukup crusial untuk aku bahas dengannya? Apa saling sapa itu salah? Tidak. Tentu tidak. Namun, tidak dengan dia yang seperti itu. Cukup aku merasa salah dan bodoh dengan apa yang aku lakukan padanya. Aku hanya boleh menghubungi dia jika memang perlu, bukankah begitu??
Lantas perasaan seperti apa ini? Kenapa gengsi itu terasa membesar dan mengeras? Masihkah cinta itu ada? Atau memang cinta itu mulai terbenam oleh besarnya rasa takut, malu dan gengsi?? Entahlah, aku tidak benar-benar tau alur perasaan ini.